Selasa, 03 Mei 2011

Mahabbah



Oleh : Ihsan M Rusli
Mahabbah berarti cinta, yaitu perasaan rindu dan senang yang istimewa terhadap sesuatu. Perasaan demikian menyebabkan perhatian seseorang terpusat kepadanya bahkan mendorong orang itu untuk memberikan yang terbaik. Perasaan cinta itu diikuti dengan ketulusan untuk mengorbankan apa saja termasuk nyawa sekalipun kepada yang dicintai.
Dalam agama Islam, cinta tertinggi haruslah ditujukan semata-mata hanya kepada Allah. Prestasi tertinggi seorang mukmin adalah meraih kecintaan Allah. Tentu untuk meraihnya bukan hal yang mudah karena harus menjaga komitmen dan selalu konsisten dengan aturan Allah.
Allah mengingatkan dalam firman-Nya. ''Katakanlah jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan untung ruginya dan rumah-rumah yang kamu senangi, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya maka tunggulah sampai Allah mendatangkan putusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.'' (SQ At Taubah [9]: 24).
Allah adalah tujuan tertinggi dan paling hakiki dalam kehidupan setiap mukmin. Apa pun yang dilakukan haruslah berujung kepada tujuan tersebut, yaitu mahabbah kepada Allah. Di samping itu, manifestasi mencintai Allah dan Rasul-Nya, antara lain, adalah menaati ajaran-ajaran-Nya yang disampaikan lewat Rasul-Nya. Cinta yang menampakkan diri dalam ketaatan itu niscaya dibalas pula dengan cinta oleh Allah, sebagaimana difirmankan-Nya. ''Katakanlah jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku, Rasul-Nya, niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosa kamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS Ali Imran [3]: 31).
Pascaramadhan yang telah menggembleng setiap mukmin sebulan penuh agar selalu beramal dengan tulus ikhlas kepada Allah sejatinya akan memberikan landasan yang kokoh 11 bulan ke depan untuk memberikan hanya yang terbaik. Bagi para pencinta sejati, Allah adalah kekasih yang dirindukan, harapan, dan kebahagiaan. Mereka tidak mencintai kecuali Allah, sehingga seberat apa pun perintah tidak menjadi hambatan demi Kekasih Abadi-nya itu. Semangat inilah yang harus dikembangkan oleh setiap mukmin dalam kehidupannya setelah Ramadhan.
Perasaan cinta kepada Allah menjadi energi yang tidak akan pernah padam dan selalu membuahkan semangat berlipat ganda untuk berprestasi dalam kehidupan. Setiap apa pun yang dilakukan dengan cinta adalah pencapaian terbaik
http://republika.co.id/kolom_detail.asp?id=269992&kat_id=14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar