Selasa, 09 Agustus 2011

UANG YANG PERNAH DIGUNAKAN DI JAMAN KUNO

sa, 30 November 2010

45. ORI III 100 Rupiah 1947


Pembahasan kita kali ini adalah seputar ORI III pecahan 100 RUPIAH 1947.
Uang yang berwarna kecoklatan ini ditandatangani oleh Mr. A.A. Maramis. Bergambar Presiden Soekarno di bagian kiri dan keris serta angka 100 dengan sepasang tanduk di bagian kanan. Uang ini hanya memiliki satu jenis nomor seri yaitu SDA l, karena itu uang ini seringkali disebut sebagai ORI 100 SDA. Bagian belakangnya bertulisan SERATUS RUPIAH di bagian tengah dengan text Undang-undang dikedua sisinya.

Menurut katalog Pick dan KUKI, uang ini hanya terdiri dari 1 variasi saja (di luar versi palsunya), apakah memang benar demikian? Mari kita lihat bersama.


Pada lelang Asosiasi Numismatik Indonesia (ANI) pertama yang diadakan pada tanggal 23 Agustus 2005 di Gedung Filateli Jakarta Pusat, terdapat satu lot yang menampilkan uang ini, perhatikan gambar berikut :


Disebutkan pada lot tersebut bahwa uang ini memiliki 2 variasi yang berbeda, yaitu naga lidah 2 dan 3. Tentu banyak teman-teman kolektor peserta lelang yang penasaran dengan istilah tersebut, maka jangan heran penawaran menjadi seru dan dengan perjuangan yang cukup berat akhirnya saya berhasil membawa pulang kedua uang tersebut dengan harga penutupan lebih dari 2 kali lipat harga pembukaan (belum termasuk fee). Sangat mahal untuk ukuran tahun 2005 mengingat uang ini sebenarnya sangat mudah ditemukan, sebagai perbandingan harga wayang 50 gulden VF masih sekitar Rp.600-700 ribu.
Rupanya rasa penasaran bisa mengalahkan akal sehat.

Para kolektor lama memang telah menyadari adanya variasi ini, tetapi karena tidak disebut dalam KUKI maka saya yakin banyak diantara teman-teman sekalian yang tidak mengetahuinya. Karena sampai sekarang uang tersebut tetap saya simpan maka pada kesempatan kali ini akan saya perlihatkan kepada teman-teman semua apa yang dimaksud variasi naga lidah 2 dan lidah 3 sehingga teman-teman tidak perlu memaksakan diri membeli dengan harga tinggi.

Bila diperhatikan dengan teliti maka di sudut kanan bawah uang ini terdapat gambar yang menurut para kolektor adalah gambar kepala naga. Apakah benar naga? Menurut mitologi, gambaran naga adalah bertanduk atau memakai mahkota sedangkan pada uang tersebut kepalanya plontos alias tidak bertanduk dan tidak bermahkota. Kalau begitu rasanya lebih mirip ular, tetapi kita tahu kalau ular tidak memiliki daun telinga sedangkan gambar pada uang ada daun telinganya. Jadi sebenarnya mahluk tersebut naga atau ular?

Naga atau ular?


Setelah mencari dengan cukup lama, akhirnya saya menemukan gambar yang mirip. Gambar tersebut berupa ukiran naga kuno yang berasal dari tanah Jawa. Memang gak mirip-mirip amat, naga pada uang tidak ada mahkotanya, sedang pada ukiran tidak ada daun telinganya, tetapi coba perhatikan moncongnya yang sangat mirip. Lagipula rasanya lebih elegan kalau gambar pada uang disebut naga yang jauh lebih berwibawa dibandingkan ular yang diasosiasikan dengan kejahatan dan kelicikan....
Jadi supaya seragam bagaimana kalau kita sebut saja gambar di uang tersebut sebagai naga. Setuju?

Gambar naga pada ukiran kayu kuno, perhatikan moncongnya


Sekarang, setelah kita sepakat bahwa gambar tersebut adalah naga. Mari kita perhatikan uang tersebut lebih teliti lagi. Perhatikan moncongnya, atau lebih tepat pada bibirnya (sebagian kolektor menyebutnya lidah). Gambar uang sebelah kiri hanya tampak 2 bibir (atau lidah) yaitu atas dan bawah, sedangkan pada gambar sebelah kanan tampak lidah yang sebenarnya yang terletak ditengah-tengah diantara kedua 'lidah'. Kebanyakan kolektor menyebutnya sebagai 'lidah' ketiga.
Perhatikan gambar di bawah :

Naga 'lidah' 2 (kiri) dan 'lidah' 3 (kanan)


Dengan demikian jelas bahwa pecahan ini memiliki 2 variasi yang perbedaanya ada di lidah ketiga. Tetapi apakah hanya itu saja? Apakah ada perbedaan-perbedaan lainnya? Kalau dilihat pada kedua gambar di atas, tampak beberapa perbedaan lain seperti warna, ketajaman gambar serta bentuk seperti sisik yang berbentuk kecil pada gambar kiri dan lebih besar pada yang kanan.



ASLI atau PALSU?

Pada KUKI, uang yang bernomor urut 206 ini disebutkan memiliki varian palsunya, bahkan ditambahkan keterangan banyak terdapat palsu lama. Bagaimana cara kita membedakan asli palsunya uang ini? Uang ini tidak memiliki tanda air, tidak memiliki benang pengaman, bahkan tidak memiliki nomor seri yang bisa dijadikan rumus perhitungan. Pengaman yang disebutkan di KUKI adalah serat halus..... Bagaimana rupanya serat halus tersebut? Apakah versi palsunya tidak memiliki serat halus? Rasanya sampai saat ini para kolektor tidak pernah memeriksa keaslian uang ini dengan cara melihat serat2nya.

KUKI menyebutkan adanya varian palsu, tetapi tidak menjelaskan bagaimana cara membedakannya


Karena tidak disebutkan cara membedakannya, maka para kolektor menjadi bertanya-tanya sendiri. Sebagian menduga dengan melihat warnanya yang pucat, sebagian lagi dengan gambarnya yang agak kabur atau kertasnya yang lebih licin. Tetapi tetap saja pertanyaan tersebut belum terjawab dengan memuaskan. Satu-satunya cara yang tepat adalah membandingkannya dengan uang yang jelas-jelas telah diketahui asli palsunya, karena itu dengan terpaksa saya mencari dan membeli selembar uang yang berkondisi sangat jelek tetapi dapat dipastikan dengan tepat kepalsuannya. Uang tersebut telah diberi lubang (ada 4 lubang), diberi stempel PALSOE secara melintang di kedua sisi depan maupun belakang dan yang terpenting adanya stempel berbentuk oval yang berbunyi KEMENTRIAN KEOEANGAN DJOKJAKARTA. Jadi uang jelek berlubang dan berstempel ini tidak diragukan lagi adalah benar-benar palsu lama......
Sekarang ketiga uang tersebut kita bandingkan.


Ketiga variasi uang, lidah 3 (atas), palsu lama (tengah) dan lidah 2 (bawah)


Lihatlah perbandingan gambar dan warnanya. Ketiganya berbeda!
Yang satu coklat tua, yang satunya coklat muda dan yang lainnya coklat kemerahan. Sekarang perhatikan ketajaman gambarnya, terutama pada gambar Sukarno. Yang lidah 3 (atas) sangat tajam, sedangkan yang tengah (palsu) dan yang bawah (lidah 2) agak buram. Dan yang terakhir sebagai langkah penentu mari kita bandingkan jumlah lidahnya...


Jumlah lidah pada yang palsu (tengah) adalah 2


Pada beberapa literatur termasuk pada Jurnal Rupiah asuhan pak Adi Pratomo terdapat gambar dari beberapa jenis uang yang dapat dipastikan kepalsuannya. Dan semua uang-uang palsu tersebut memiliki satu kesamaan yaitu lidah naganya bercabang 2.
Jadi bagaimana kesimpulan kita, apakah naga yang lidahnya bercabang 2 berarti palsu? Kalau memang demikian mengapa dilelang di ANI? Dapat dipastikan bahwa penyelenggara lelang pasti sudah memiliki pengetahuan yang sangat memadai. Apalagi bila diperhatikan dengan lebih teliti gambar pada KUKI, lidahnya juga 2.
Demikian sebaliknya, apakah naga berlidah 3 semuanya pasti asli? Memang sampai saat ini saya belum mendapatkan bukti naga berlidah 3 yang distempel PALSOE. Tetapi belum mendapatkan bukan berarti barang tersebut pasti asli......
Jadi buat amannya bila anda ingin membeli, saran saya beli saja yang berlidah 3. Selain gambarnya lebih tajam, warnanya lebih terang, dan mudah-mudahan saja asli.


Selamat membeli, mohon informasi jenis yang teman-teman miliki, apakah berlidah 2 atau 3. Kita sekedar menghitung yang mana yang lebih langka. Sangat membantu bila ada teman yang memiliki varian lidah 3 dengan stempel PALSOE.



Jakarta 7 Agustus 2011
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber :
1. KUKI
2. Katalog Pick
3. Jurnal Rupiah
4. Katalog lelang ANI
5. Koleksi teman-teman kolektor



44.Uang Polymer dan Hybrid

Sebagai alat pembayaran, uang kertas telah dikenal sejak lama sekali. Diperkirakan uang kertas pertama dibuat sekitar abad ke 10 semasa pemerintahan Dinasti Song di China.
Karena uang kertas merupakan benda yang bernilai ekonomis, maka sering kali dipalsukan. Karena itu fitur keamanan uang kertas selalu berkembang dan mengalami perbaikan dari masa ke masa. Uang kertas perdana memakai stempel sebagai fitur keamanan yang utama, disusul dengan penggunaan kertas berbahan khusus yang tidak mudah dibuat oleh pihak lain.
Sedikit demi sedikit fitur keamanan ditambah, mulai dari tanda air (watermark), kode pada nomor serinya, benang pengaman, tinta berpendar, cetak intaglio, dan sederet fitu-fitur lainnya. Tetapi dengan kemajuan teknologi, kemampuan para pemalsu juga meningkat sehingga fitur keamanan harus terus diperbaiki dan ditambah secara terus menerus.
Uang Polymer
Sebagai salah satu alternatif untuk meminimalkan pemalsuan, RBA (Reserve Bank of Australia) pada tahun 1988 mulai mempergunakan bahan polymer sebagai bahan dasar pengganti kertas. Selain sulit dipalsukan, bahan polymer memiliki banyak keuntungan yang tidak mungkin didapatkan pada bahan kertas. Antara lain adalah daya tahannya yang tinggi, uang polymer tahan terhadap kekerasan mekanik seperti sobekan, tahan karat, tahan air sehingga tidak berubah walaupun terkena banjir atau tercuci. Tidak heran walaupun biaya cetaknya 2 kali lipat lebih mahal dibandingkan uang kertas, tetapi usia uang polymer 4-5 kali lipat lebih lama.
Semua fitur keamanan yang terdapat pada uang kertas bisa diterapkan pada uang polymer, termasuk cetak intaglio, micro printing, watermark ataupun penggunaan benang pengaman. Selain itu uang polymer memiliki keistimewaan khusus yang tidak mungkin ditemukan pada uang kertas yaitu lubang atau jendela transparan serta hologram. Dengan banyaknya keistimewaan tersebut maka tidak heran saat ini sudah puluhan negara menggunakan uang polymer sebagai pengganti uang kertasnya.
Uang polymer pertama di dunia, dikeluarkan pada 27 Januari 1988 oleh Australia
Dengan banyaknya negara yang mempergunakan uang polymer maka timbul kolektor-kolektor baru yang khusus mengumpulkan uang polymer, bahkan saat ini katalog uang polymer pun sudah diperbaharui dan dicetak ulang sampai beberapa edisi. Katalog ini mutlak dimiliki oleh para pecinta uang polymer dan bisa dibeli di Ebay dengan harga sekitar S$20.
Katalog uang polymer edisi bahasa Inggris dan Mandarin

Berbagai contoh uang polymer
Mengumpulkan uang polymer memiliki keasyikan tersendiri, selain relatif masih mudah ditemukan, harganya juga tidak terlalu mahal. Hanya dengan beberapa puluh ribu rupiah saja kita sudah bisa memiliki uang polymer berbagai negara. Saat ini harga uang polymer bernominal tertinggi adalah Brunei 10.000 Ringgit yang dijual dikisaran US$11.000. Hanya beberapa gelintir kolektor yang memiliki uang ini dan kita sungguh beruntung bisa melihatnya.
Brunei 10000 Ringgit 2006, uang polymer pecahan terbesar sekaligus termahal
Terima kasih kepada teman kolektor yang menyumbangkan gambarnya
Uang polymer termahal berikutnya adalah Haiti yang berbahan dasar serat polyethylene dan dipatenkan oleh Du Pont dengan merek dagang Tyvek. Sayangnya tinta yang dipergunakan tidak kompatibel dengan bahan dasarnya sehingga uang ini cepat memudar dan tidak beredar lama. Saat ini Haiti tyvek merupakan primadona dan kunci dari seluruh uang polymer, setara dengan seri wayangnya uang Netherlands Indies. Selembar uang Haiti tyvek pecahan yang paling umum ditemukan (2 gourdes) berharga sekitar Rp.3 juta rupiah. Padahal pada masanya (1980an) uang ini hanya bernilai tidak lebih dari belasan ribu rupiah saja.


Haiti tyvek 2 gourdes
Para kolektor polymer tidak pernah kehabisan bahan koleksi karena setiap waktu ada saja pecahan-pecahan baru yang diterbitkan. Saat ini para kolektor sedang menunggu keluarnya edisi terbaru uang-uang polymer dari berbagai negara seperti Canada, Vanuatu, Swiss dan sebagainya. Disinilah letak perbedaannya, para kolektor polymer berburu uang yang baru diterbitkan (masih berlaku), sedangkan para kolektor uang kuno biasa berburu uang yang telah lama diterbitkan alias tidak berlaku lagi.
Variasi uang polymer
Jangan berpikir uang polymer hanya memiliki sedikit variasi. Sama seperti uang kertas, uang polymer juga memiliki berbagai variasi seperti :
1. Perbedaan tanda tangan
2. Perbedaan tahun penerbitan
3. Prefiks awal atau akhir
4. Nomor cantik
5. Berbagai jenis specimen atau proof
6. Misprint, miscut dan lain sebagainya
Mari kita lihat salah satu contoh Thailand 50 Bath 1997 (Pick 102) yang dikutip dari buku katalog World Polymer Banknotes 2nd edition karangan Peter Eu, Ben Chiew dan Stane Straus.
S berarti SPECIMEN, terdapat 4 variasi dan 3 diantaranya N/C (Not Confirmed)
R berarti Regular issu, terdapat 4 variasi tanda tangan (R1-R4)
Variasi R1 terdiri dari 2 first prefiks (0A dan 0B)
Z berarti replacement, terdiri dari 3 variasi dan dimulai dengan prefiks S
Angka paling kanan menyatakan harga dalam US$
Dengan variasi yang cukup banyak, para kolektor polymer terutama yang menyukai tantangan, tidak akan pernah kehabisan bahan. Karena itu apa lagi yang ditunggu? Mulailah sekarang juga mengumpulkan uang polymer agar tidak ketinggalan. Ingat pecinta uang polymer bukan cuma dari negara kita saja, tetapi berasal dari seluruh dunia. Artinya kita bersaing dengan para kolektor mancanegara untuk mendapatkan uang-uang polymer terbaru, sehingga harga akan cepat membumbung tinggi.
Uang Hybrid
Pada awal tahun 2000 an, sebuah pabrik kertas terkenal di Jerman, (Louisenthal) meluncurkan suatu bahan uang generasi terbaru berupa campuran antara kertas dengan plastik.
Sebelum dicetak, bahan dasar kertas diberi lapisan tipis film yang terbuat dari bahan plastik pada kedua sisinya, sehingga semua keunggulan kertas dan plastik dapat dipergunakan pada bahan tersebut. Penemuan ini dipatenkan dengan merek dagang Hybrid.
Hybrid : Sebelum dicetak, kertas diberi lapisan tipis film
Selain itu, Louisenthal juga menemukan suatu teknologi terbaru berupa jendela (window) pada uang hybrid. Jendela tersebut bersifat tembus pandang (transparan) yang akan memberikan penampilan berbeda pada latar belakang gelap ataupun terang. Contohnya pada uang hybrid Bulgaria, bila dihadapkan pada latar belakang terang misalnya akan keluar angka 20, sedangkan bila dihadapkan pada latar belakang gelap akan tampak garis2 hijau. Penemuan yang dinamakan Varifeye ini langsung menarik perhatian dan digunakan pada uang2 hybrid generasi terbaru.
1. BULGARIA 20 Lev 2005
Uang hybrid pertama di dunia dikeluarkan oleh Bulgaria, yaitu pecahan 20 Lev yang diluncurkan tahun 2005. Walaupun merupakan uang hybrid pertama, saat ini uang tersebut masih mudah ditemukan dan bernilai hanya beberapa ratus ribu rupiah saja.

Bulgaria 20 Lev 15 September 2005
Bila diperhatikan disisi kiri atas uang tersebut terdapat jendela transparan (window) Varifeye yang memberikan penampilan berbeda pada latar belakang terang atau gelap. Mari kita lihat contohnya.

Varifeye pada latar belakang terang (kiri) terlihat angka 20 tetapi bila latar belakangnya gelap akan timbul garis-garis berwarna hijau (kanan).
Saat ini sudah belasan negara menggunakan uang hybrid, bahkan menurut kabar terakhir mata uang Uni Eropa (Euro) akan diganti semuanya dengan jenis hybrid. Apakah kabar tersebut benar? Akan kita lihat bersama.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa uang hybrid merupakan uang dengan sisi keamanan terbaik bila dibandingkan dengan uang-uang jenis lainnya, dan dapat dipastikan bahwa uang hybrid akan lebih banyak lagi dipakai oleh berbagai negara. Karena itu, sebelum terlambat, ada baiknya kita mulai mengenal dan mengumpulkan uang2 tersebut.
Negara- negara lain yang telah menggunakan uang hybrid :
2. FIJI 100 Dollars 2007
Dengan gambar Queen Elizabeth II (QEII), maka uang ini akan menjadi rebutan antara beberapa jenis kolektor yaitu : Kolektor uang QEII, kolektor uang Commonwealth, kolektor uang polymer dan kolektor uang hybrid, tentu saja tidak ketinggalan kolektor lokal negara Fiji sendiri. Sehingga dapat dipastikan harga akan terus meningkat. Saat ini saja uang yang didominasi warna kuning tersebut sudah berharga sekitar $130 (UNC), bandingkan dengan kurs aslinya yang cuma sekitar $60.
FIJI 100 Dollars hybrid (2007), perhatikan jendela transparan disisi kanan gambar Queen
3. KAZAKHSTAN 10000 Tenge 2006
Perhatikan gambar uang yang ditampilkan secara vertikal, menampilkan monumen Astana-Baiterek di bagian tengah sebagai simbol kedamaian. Lambang Kazakhstan tampak di sebelah kiri monumen dan bendera negara berwarna biru di sebelah kanan atasnya. Telapak tangan yang membuka di bagian kiri bawah melambangkan trasparansi pemerintahan. Secara keseluruhan uang ini menggambarkan sistem pemerintahan Kazakhstan dengan gaya ultra modern. Sungguh uang yang sangat indah.
Selain pecahan 10000 Tenge 2006 ini, Kazakhstan baru saja mengeluarkan uang hybrid lainnya yaitu pecahan 1000 Tenge 2010 dan 10000 Tenge 2011. Gambar kedua uang ini akan menyusul.

4. LATVIA 100 Latu 2007 dan 500 Latu 2008
Latvia merupakan negara pecahan Uni Soviet dan saat ini telah bergabung dengan Uni Eropa. Mata uang Latvia yaitu Latu sedang dalam proses penukaran menjadi Euro per tahun 2014 dengan nilai tukar 1 Euro = 0,702804 Lat. Latvia memiliki 2 pecahan uang hybrid yaitu 100 Latu dan 500 Latu yang harganya saat ini sudah mencapai belasan juta rupiah. Latvia 500 Latu adalah uang hybrid termahal saat ini.


Latvia 100 Latu 2007, perhatikan jendela transparan yang memberikan gambar berbeda pada latar belakang gelap (kiri) dan terang (kanan)
Latvia 500 Latu 2008 merupakan uang hybrid termahal, perhatikan jendela transparan yang pada latar belakang putih bergambar bintang.
Terima kasih kepada teman yang telah menyumbangkan gambar uang ini

5. QATAR 100 dan 500 Riyals 2007
Merupakan negara ke 5 yang mengeluarkan uang hybrid setelah Bulgaria, Kazakhstan, Fiji dan Latvia. Memiliki 2 pecahan yaitu 100 dan 500 Riyals dan dicetak oleh TDLR. Variasi yang terdapat adalah satu digit dan dua digit nomor seri, sehingga diluar specimen dan proof terdapat 4 variasi yang harus dikumpulkan.


Bila diletakkan dengan latar belakang terang maka seakan-akan jendela transparan tidak tampak (gambar kiri), tetapi bila diletakkan pada latar belakang gelap maka dengan jelas akan kelihatan (gambar kanan). Suatu ilusi optik yang sangat menarik bukan?


6. SAMOA 50 dan 100 TALA 2008
Samoa, sebuah negara kepulauan di Samudra Pasifik, kurang lebih berjarak setengah perjalanan dari Selandia Baru ke Hawaii. Terdiri dari 2 pulau utama dan 7 buah pulau kecil, dan yang menarik perhatikan ejaan yang tertera pada uang tersebut : 50 Tala ditulis sebagai LIMA SEFULU TALA dan 100 Tala ditulis sebagai SELAU TALA. Mirip-mirip dengan bahasa Melayu.
Kepulauan Samoa telah mengeluarkan satu jenis uang berbahan polymer yaitu 2 Tala (LUA TALA) pada tahun 1991 dan 2 jenis uang hybrid pada tahun 2008. Versi beredar uang polymer 2 Tala memiliki 4 variasi yang dibedakan berdasarkan warna dan prefiks.

7. TONGA 100 Pa'anga 2008
Negara kepulauan Tonga juga terletak di Pasifik selatan, tidak jauh dari Samoa. Bergambar kepala negara King George Tupou V dengan pakaian kebesarannya. Uang berwarna dominan merah ini dicetak oleh TDLR dan harga saat ini sekitar $135 atau dua kali harga nominal.


Perhatikan jendela transparan yang memberikan gambar berbeda bila diletakkan pada latar belakang gelap (kiri) dan terang (kanan).
8. BERMUDA 2, 5, 10, 20, 50 dan 100 Dollars 2009
Bermuda mengeluarkan sekaligus 6 pecahan uang hybrid yang sangat indah. Bergambar aneka binatang berwarna warni dengan format vertikal. Mungkinkah uang negara kita bisa sebagus uang ini?
Bermuda mengeluarkan 6 pecahan hybrid sekaligus pada 1 Januari 2009
9. PAPUA NEW GUINEA 100 Kina 2008
PNG telah mengeluarkan 11 macam uang polymer dan 1 jenis uang hybrid, merupakan salah satu negara yang memiliki uang polymer terbanyak selain Rumania (13 jenis) dan Brunei (12 jenis). Menampilkan gambar gedung Parlemen di bagian tengah dengan lambang negara PNG berupa burung Cendrawasih di bagian kiri atas. Uang ini terdiri dari 3 variasi yaitu bernomor seri jalan, Specimen bernomor seri BPNG0000000 dan uncut satu sheet utuh. Harga versi beredarnya sekitar US$80.
10. MONGOLIA 20.000 Tugrik 2009
Dengan gambar muka Genghis Khan, uang hybrid ini memiliki jendela transparan yang sangat menarik. Bila diletakkan di latar belakang terang, jendela memperlihatkan angka nominal yaitu 20000, tetapi bila diletakkan di latar belakang gelap maka angka 20000 akan berubah menjadi simbol mata uang Mongolia yaitu MT (Mongolian Tugrik).
11. Gibraltar 100 Pounds 2010
Uang ini merupakan uang hybrid terbaru. Diluncurkan beberapa bulan yang lalu, tepatnya pada tanggal 11 Mei 2011.
Dengan gambar muka Queen Elizabeth II, dan dominasi warna ungu, uang ini memuat berbagai fitur keamanan terkini.
Tulisan GOVERMENT OF GIBRALTAR dan ONE HUNDRED POUNDS akan terasa kasar bila diraba. Tanda air berupa gambar Queen Elizabth II akan terlihat di sisi kanan bila uang diterawang. Selain itu yang paling menonjol adalah pita metal selebar 18 mm yang bila dihadapkan pada lampu akan terlihat gambar kastil, fitur ini dikenal sebagai Optiks, sebuah terobosan dari Thomas De La Rue. Selain itu bila sisi depan uang dihadapkan pada lampu UV maka pita akan berpendar kekuningan. Dan sebagai ciri khas hybrid, tentu saja uang ini memiliki jendela transparan yang akan tampak bila diletakkan pada latar belakang gelap.
Pita Optiks akan berpendar bila dihadapkan pada lampu UV.
Beberapa negara lain juga telah mengeluarkan uang hybrid, contohnya Jamaica, Tajikistan, Mauritania, Swatziland dan Oman. Semuanya merupakan uang-uang terbaru dengan gambar2 yang sangat menarik. Karena belum terlalu banyak dan bernilai tidak terlalu tinggi maka saat ini adalah saat yang tepat untuk segera mengoleksi uang hybrid.
Jakarta 29 Juli 2011
Kritik dan saran hubungi arifindr@gmail.com
Sumber :
1. World Polymer Banknotes Catalog 2nd edition
2. Website www.poymernotes.org
3. Website www.louisenthal.com
4. Wikipedia
5. Koleksi teman-teman para kolektor polymer/hybrid

Memulai Koleksi Uang Kuno


Rp.2000, Rp5.000, Rp10.000, Rp50.000 dan Rp100.000
emisi 2010 dan 2011 tt Darmin Nasution telah beredar
Sudahkah teman-teman menyimpannya?



Memulai koleksi uang kuno
Setiap orang mempunyai hobby yang berbeda, ada yang senang menonton film, ada yang senang memancing, ada juga yang senang mengumpulkan buku komik, dan lain sebagainya. Salah satu hobby yang cukup langka adalah mengumpulkan uang kuno, yang dalam bahasa kerennya disebut NUMISMATIK. Hobby yang satu ini termasuk unik karena kesukaran dalam memperoleh informasi maupun "barangnya" itu sendiri. Selain itu hobby jenis ini sangat menuntut kesabaran, ketelitian dan tentu keuangan yang mencukupi.


Untuk menjadi seorang kolektor yang baik, banyak sekali hal-hal yang perlu dipelajari. Pertama, seorang kolektor harus mempunyai minat dan kemauan untuk belajar. Banyak literatur dan perkumpulan yang dapat dijadikan acuan, seperti:


1. Katalog Uang Kertas Indonesia cetakan 1996, 2005 ataupun 2010
2. Katalog Uang Logam Indonesia
3. Standard Catalog of World Paper money (Krause)
4. Catalogue of paper money (Johan Mevius)
5. Catalog lelang dari berbagai balai lelang baik internasional maupun lokal
6. Majalah/literatur terbitan Asosiasi Numismatik Indonesia
7. Informasi dari internet seperti blog ini atau lain sebagainya

Dari sumber2 informasi tersebut di atas kita dapat mempelajari banyak hal tentang uang kuno seperti:

(1) Jenis atau seri, contoh: seri Sukarno 1960, seri Bunga Burung 1959, seri Pekerja 1958 dan sebagainya.
(2) Harga dari masing2 uang tersebut, yang sangat dipengaruhi oleh kualitasnya, semakin baik kualitas suatu uang tentu semakin mahal harganya, demikian juga sebaliknya. Karena itu sangatlah penting bagi para kolektor untuk mempelajari kualitas suatu uang. Terdapat istilah2 khusus tentang kualitas suatu uang, seperti Uncirculated, Extremely Fine, Very Fine, Fine, Very Good, Fair dan lain-lain.



Supaya tidak menimbulkan perbedaan pendapat tentang kualitas suatu uang kertas maka kalangan numismatik membutuhkan suatu standarisasi, yang disebut grading.

The international Bank Note Society (IBNS) menerapkan suatu standarisasi grading yang terdiri dari :


1. UNC atau Uncirculated : yaitu keadaan sempurna dengan semua sudut tajam, tidak ada cacat sedikitpun, bersih, dan permukaan kertas masih berkilau. Sebagai ilustrasi adalah selembar uang kertas yang diambil dari segepok uang baru yang masih tersegel.

Uncirculated (UNC)


2. AU atau Almost Uncirculated : keadaan uang yang hampir sama dengan di atas tetapi ada minor mishandling seperti lipatan pada sudut, atau lipatan halus pada bagian tengah, tetapi tidak boleh keduanya, selain itu kondisi uang harus bersih dan berkilau seperti aslinya, semua sudut harus tajam.













NICA 500 gulden kondisi Almost uncirculated (AU)


3. EF/XF atau Extremely Fine : kertas dalam keadaan baik, crisp atau kaku, masih memiliki kilau pada permukaan, dan memiliki maksimum 3 lipatan tipis atau satu lipatan tajam, sudut sedikit membundar.

Coen 500 gulden kondisi Extremely Fine (EF/XF)


4. VF atau Very Fine : uang kertas telah dipakai namun masih tetap crisp, ada sedikit kotor dan beberapa lipatan vertikal dan horisontal namun tidak sobek.

Wayang 200 gulden kondisi Very Fine (VF)


5. F atau Fine : uang telah sering terpakai dengan beberapa lipatan dan tidak crisp lagi, tidak terlalu kotor, mungkin ada sedikit sobek pada bagian margin tetapi tidak masuk ke gambar, warna masih jelas.

Gedung 30 gulden kondisi Fine (F)


6. VG atau Very Good : uang telah terpakai berkali-kali namun kertas masih utuh, terdapat sobekan pada sudut sehingga tidak tajam lagi, ada sobekan yang masuk hingga ke gambar, mungkin ada bekas karat, dan pada bekas lipatan mungkin ada lubang /sobekan kecil, kertas layu tetapi tidak ada bagian yang hilang karena sobek.

Coen 200 kondisi Very Good (VG)


7. G atau Good : uang telah lama dipakai, warna telah memudar, bekas lipatan yang berkali-kali telah menyebabkan lubang atau sobekan pada bagian pinggir, mungkin ada bekas karat, kotoran atau grafiti, ada bagian yang hilang karena sobek.

ORI 10 rupiah baru kondisi Good (G)


8. Fair : seluruh kertas layu dan kotor akibat pemakaian yang berat, uang telah rusak, terdapat sobekan besar dan ada bagian besar yang hilang.



Barong 10.000 rupiah 1975 kondisi fair



9. P atau Poor : uang telah rusak berat akibat sobekan, karat, bagian yang hilang, grafiti ataupun lubang yang besar, mungkin ada bekas tambalan atau bekas potongan (trimming) pada bagian tepi untuk menutupi bagian yang rusak. Uang yang masuk kategori ini tidak layak dikoleksi kecuali hanya sebagai pengisi sementara atau memang termasuk uang yang sangat langka.


Pemandangan alam 2,5 rupiah 1951 kondisi Poor



Ada kalanya kualitas suatu uang kertas ada di antara 2 kategori, dalam kasus ini sebagian kolektor memakai istilah PLUS (+), MINUS (-) atau penambahan huruf a kecil (ABOUT), contohnya:

1. VF+ (Very Fine Plus), berarti grade berada di antara VF dengan EF tetapi lebih cenderung ke VF

2. VF++ (Very Fine Plus Plus) berarti gradenya berada di antara VF dengan EF tetapi lebih cenderung ke EF

3. aEF (About Extremely Fine), berarti gradenya hampir atau kira-kira berada di EF

4. UNC- (Uncirculated Minus), berarti hampir UNC dengan hanya sedikit sekali kekurangan


Semua cacat yang terdapat pada uang kertas juga harus disebutkan agar tidak terjadi kesalahpahaman seperti:

1. Coretan atau grafiti
2. Bekas selotip, lem atau karat
3. Lubang staples atau pin hole
4. Trimming atau bagian tepi yang di potong
5. Pressing atau disetrika
6. Cleaning, washing atau dicuci dengan menggunakan cairan pembersih
7. Repair atau perbaikan berupa tambalan atau lainnya

Adanya kondisi2 tertentu akan menyebabkan grading uang kertas tersebut menjadi turun sedikitnya satu tingkat.

Sekalipun telah ada standarisasi, perbedaaan grading antara para kolektor seringkali terjadi, masalah ini dapat timbul akibat beberapa faktor misalnya pengalaman, pencahayaan dan suasana yang berbeda. Grading sepantasnya dilakukan oleh orang ketiga yang berpengalaman dan tidak terlibat dalam transaksi.

Beberapa macam istilah grading dalam berbagai bahasa












Kritik dan saran hubungi : arifindr@gmail.com

1901-1924 (seri Coen I)


Seri Coen I hanya terdiri dari satu pecahan saja, yaitu 5 gulden. Terdapat 2 variasi nomor seri yaitu hitam dan merah. Terdapat setidaknya 9 jenis tanda tangan ditambah satu variasi tanda tangan Hemert-Zeilinga yang terdiri dari 2 jenis warna nomor seri, sehingga total semua terdapat 10 variasi.


Pengaman

Uang ini memiliki pengaman berupa tanda air (watermark) berupa bertulisan JB besar dengan gaya Gothic, bentuknya seperti pada gambar berikut :


Watermark berupa tulisan JB besar


VARIASI

Mari kita lihat variasi uang ini menurut katalog PICK 12th edition DVD



Menurut Pick, uang yang diberikan nomor urut 61 ini dibedakan berdasarkan warna nomor serinya:
61a : warna nomor seri hitam (2 huruf 5 angka)
61b : warna nomor seri ada yang hitam dan merah
61c : warna nomor seri merah (2 huruf 6 angka)



Nomor seri hitam (atas) dan merah (bawah)


Bila diperhatikan dengan lebih teliti ternyata terdapat perbedaan text undang-undang pada bagian sisi belakang, seri dengan tanda tangan no 10 sampai dengan 16 memiliki text yang berbeda dengan yang 17 dan seterusnya. Menurut informasi yang saya dapatkan dari seorang kolektor, kemungkinan peralihannya terjadi pada variasi tanda tangan nomor 17 (KF van den Berg-Zeilinga) di sekitar tahun 1917 dengan 1918.

Silahkan perhatikan gambar berikut:


Text undang2 berbeda antara seri sebelum tahun 1917 dengan sesudahnya
.
.
Bila diperhatikan dengan teliti terdapat beberapa kekurangan atau kesalahan pada semua katalog yang ada:

Mevius : hanya melampirkan 7 jenis variasi tanda tangan tetapi dengan tepat membedakan variasi text undang-undang dan perbedaan nomor seri warna hitam dan merah pada variasi no 18.
PICK: 61b yang terdiri dari 2 jenis warna nomor seri diberikan pada variasi no 17 (KF van den Berg-Zeilinga), padahal yang benar adalah variasi no 18 (L von Hemert-Zeilinga). Jadi seharusnya yang tepat adalah:
61a : Signature 10, 13, 14, 15, 16, 17
61b : Signature 18
61c : Signature 19, 20
KUKI : hanya menampilkan 4 jenis variasi tanda tangan dan kesalahan gambar sisi belakang uang no H-117. Gambar tersebut bukan milik uang yang sama melainkan milik H-117B, selain itu terjadi penghilangan stempel SPECIMEN pada semua gambar uang-uang tersebut.
Mari kita lihat variasi tanda tangan yang sampai saat ini telah terdata:
.
.
1. JFH de Vignon Vandevelde dengan J Reijsenbach (1899-1901)
Pick 61a variasi tanda tangan no 10, Mevius 128a atau H-117

2. AF van Suchtelen dengan J Reijsenbach (1902-1906)
Pick 61a variasi tanda tangan no 13
Gambar belum ditemukan, mohon bantuan teman-teman
.
.
3. AF van Suchtelen dengan G Vissering (1906-1908)
Pick 61a variasi tanda tangan no 14

4. J Gerritzen dengan G Vissering (1908-1912)
Pick 61a variasi tanda tangan no 15 atau Mevius 128b

5. J Gerritzen dengan EA Zeilinga (1912-1913)
Pick 61a variasi tanta tangan no 16 atau H-117A


6. KF van den Berg dengan EA Zeilinga (1912-1920)
Pick 61a variasi tanda tangan no 17, Mevius 128c atau H-117B



7. L von Hemert dengan EA Zeilinga (1920-1922) hitam
Pick 61b variasi tanda tangan no 18 atau Mevius 128d



8. L von Hemert dengan EA Zeilinga (1920-1922) merah
Pick 61b variasi tanda tangan no 18, Mevius 128e atau H-117C

9. JF van Rossem dengan EA Zeilinga (1922-1924)
Pick 61c variasi tanda tangan no 19 atau Mevius 128f

10. JF van Rossem dengan LJA Trip (1924-1928)
Pick 61c variasi tanda tangan no 20 atau Mevius 128g
.
.
Seri Coen I ini seringkali disebut sebagai seri Coen kecil alias Coen baby. Mungkin karena pecahannya yang bernilai kecil. Seri ini cukup sulit ditemukan dalam keadaan baik, apalagi yang bernomor seri hitam. Variasi SPECIMEN bernomor jalan seperti pada gambar di atas lebih banyak ditemukan dibanding seri non specimennya, sehingga harga variasi SPECIMEN menjadi lebih murah sekitar 30-50%nya. Ada kemungkinan terdapat variasi tanda tangan yang belum terdata, bila diantara teman-teman ada yang memilikinya dimohon kesediaannya untuk menghubungi penulis sehingga pengetahuan kita menjadi bertambah. Karena variasi tanda tangan cukup banyak, rasanya tidak mungkin kita bisa mengumpulkan semuanya secara lengkap. Jadi saran saya, cukup kumpulkan satu lembar yang bernomor seri hitam dan satu lembar yang merah.
.
.
.
Jakarta 22 Oktober 2010
Kritik dan saran hubungi : arifindr@gmail.com
Sumber:
KUKI, Mevius, Pick (DVD)
Koleksi gabungan antara teman2 kolektor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar